Khuthbah QUFI No. 1 : Shalat Khusyu'
Jumat, 10 Januari 2020
Oleh UBER (Ustadz H. Brilly El-Rasheed, S.Pd.)
bit.ly/biografibrillyelrasheed
Khuthbah Ula
إِنَّ الْحَمْدَ لِلهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَاهَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ
اَمَّا بَعْدُ، فَيَااَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، اِتَّقُوْااللهَ حَقَّ تُقَاتِه وَلاَتَمُوْتُنَّ اِلاَّوَأَنـْتُمْ مُسْلِمُوْنَ فَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإنْسَ إِلا لِيَعْبُدُونِ
Ma'asyiral muslimin rahimani wa rahimakumullah
Dalam Khuthbah ini, khathib hanya hendak menyampaikan dua wasiat fundamental. Wasiat pertama, mulai detik ini, taqwa harus menjadi way of life kita, baik dalam durasi antara dua Jum’at, dua bulan purnama, dua Idul Fithri hingga kematian kita.
Wasiat kedua, khusyu' dalam shalat semestinya menjadi konsentrasi utama kita. Kita tertuntut untuk berusaha mempersembahkan shalat yang terbaik, terkualitas, tersempurna. Khusyu', thuma'ninah serta memenuhi syarat dan rukunnya.
Ma'asyiral muslimin rahimani wa rahimakumullah
Khusyu' adalah hadirnya qalbu dan sadarnya aqal dalam apa yang sedang dikerjakan. Itu makna generalnya. Para hadirin saat ini qalbu hadir dan aqal sadar dalam Khuthbah ini. Tidak terbersit pikiran lain, tidak terbayang perasaan lain selain apa yang ada dalam substansi Khuthbah. Berarti para hadirin sedang khusyu' dalam Khuthbah.
Hampir sama, para hadirin yang ada di masjid ini, mengklaim ikut prosesi ibadah Jum’at, namun realitanya sedang khusyu' dengan smartphonenya. Di bagian tengah ada yang sedang menscrool instagramnya. Di bagian belakang ada yang sedang membangun mimpi. Di bagian samping ada yang sedang chatting via WhatsApp. Di bagian teras masjid ada yang sedang main game online atau bahkan bisnis online. Astaghfirullah. Itu namanya khusyu' dengan smartphonenya, sampai-sampai khathib sudah menyindir seperti ini masih tidak sadar, terus saja main smartphonenya.
Khathib berpesan, Khuthbah Jumat itu berbeda dengan kajian atau majelis ta'lim. Saat Khuthbah Jumat, seakan kita semua ini dalam status shalat. Seolah-olah. Kita mesti khusyu' dengan khuthbah, tidak boleh yang lain. Begitu Khuthbah selesai, kita pun wajib berusaha khusyu' dalam shalat Jum'at.
Lagipula, Khuthbah Jum'at rata-rata berlangsung sekira 15 sampai 20 menit. Interaksi dengan smartphone itu silakan 12 jam sehari, selebihnya untuk tidur, mengaji, bercengkrama dengan anak-istri, bekerja, dan ibadah-ibadah lainnya.
Ma'asyiral muslimin rahimani wa rahimakumullah
Shalat Jum’at yang hanya satu kali sepekan saja, apakah kita sampai hati untuk melangsungkannya secara asal-asalan, asal gugur kewajiban? Kita semua sadar, saat kita menghadiri sebuah acara dimana seorang pejabat atau atasan kita yang kita hormati memberikan sebuah paparan terkait sebuah proyek dengan nilai ekonomis tinggi, saat itu kita pasti akan menghadirinya dengan khidmat, serius, konsentrasi, persiapan matang. Itu namanya khusyu' dengannya.
Shalat Jum’at sudah sewajarnya kita selenggarakan dengan khidmat, serius, konsentrasi. Pun demikian dengan shalat lima waktu atau shalat fardhu dan shalat-shalat lainnya yang bersifat tathawwu' (anjuran). Kita seyogyanya berupaya untuk senantiasa menjaga kekhusyu'an.
Mengapa kita mesti berupaya khusyu' dalam setiap shalat? Karena nilai shalat kita juga sesuai kekhusyu'an kita. Dari Ammar bin Yasir radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ الرَّجُلَ لَيَنْصَرِفُ وَمَا كُتِبَ لَهُ إِلاَّ عُشْرُ صَلاَتِهِ تُسْعُهَا ثُمُنُهَا سُبُعُهَا سُدُسُهَا خُمُسُهَا رُبُعُهَا ثُلُثُهَا نِصْفُهَا
"Ketika seseorang selesai dari shalatnya, tsawab yang dia dapatkan hanya 1/10 shalatnya, atau 1/9 atau 1/8 atau 1/7 atau 1/6 atau 1/5 atau ¼ atau 1/3, atau setengahnya." [Sunan Abu Dawud no. 796]
Ma'asyiral muslimin rahimani wa rahimakumullah
Apakah shalat itu hanya sah jika khusyu' saja dan tidak sah jika tidak khusyu'? Ketika Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat orang yang tidak sempurna shalatnya dan tidak thuma’ninah dalam melaksanakannya, beliau menyuruhnya untuk mengulangi shalatnya, beliaupun bersabda,
إِذَ قُمْتَ إِلَى الَّصَّلاَةِ فَأَسْبِغِ الْوُضُوْءَ ثُمَّ اسْتَقْبِلِ الْقِبْلَةَ فَكَبِّرْ ثُمَّ اقْرَاْ مَاتَيَسَّرَ مَعَكَ مِنَ الْقُرْآنِ ثُمَّ ارْكَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ رَاكِعًا ثُمَّ ارْفَع حَتَّى تَعْتَدِلَ قَائِمًا ثُمَّ اسْجُدْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ سَاجِدًا ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ جَالِسًا ثُمَّ افْعَلْ ذَلِكَ فِي صَلاَتِكَ كُلِّهَا
“Jika engkau hendak mendirikan shalat, sempurnakanlah wudhu, lalu berdirilah menghadap kiblat kemudian bertakbirlah (takbiratul ihram), lalu bacalah ayat-ayat Al-Qur’an yang mudah bagimu, kemudian ruku’lah sampai engkau tenang dalam posisi ruku, lalu bangkitlah (berdiri dari ruku’) sampai engkau berdiri tegak, kemudian sujudlah sampai engkau tenang dalam posisi sujud, lalu bangkitlah (dari sujud) sampai engkau tenang dalam posisi duduk. Kemudian, lakukan itu semua dalam semua shalatmu”. [Shahih Al-Bukhari]
Jadi, lakukan saja shalat sebanyak-banyaknya, nanti Allâh Al-Wahab yang akan membuat kita khusyu'. Shalat hanya batal kalau kita tidak thuma'ninah. Shalat tanpa khusyu' 100 % tetap sah. Namun jika 100 % shalat tidak khusyu' sama sekali, ulangilah shalat! Yang menjadi kewajiban dalam shalat adalah thuma'ninah (tenang dan perlahan agar sempurna) dalam setiap rukun shalat.
Ma'asyiral muslimin rahimani wa rahimakumullah
Khusyu' memang berat. Khusyu’ hanya ringan bagi orang-orang yang yakin dengan Allah dan sadar pasti akan bertemu dengan Allah Al-Hakam. Kita akan amat sangat sulit untuk khusyu' manakala kita masih merasa beraneka kesibukan dunia ini merupakan bukti bahwa dunia ini merupakan kehidupan yang sebenarnya, manakala kita ragu Allâh Al-Qadir bisa melakukan apa saja yang dikehendaki-Nya tanpa harus mematuhi cara dan logika makhluq, manakala kita tidak begitu care dengan nasib kita saat berada di hadapan-Nya.
Sesungguhnya, shalat khusyu' bukan shalat yang dilakukan dengan memejamkan mata, menutup mulut dan mengosongkan pikiran. Kalau seperti itu namanya meditasi. Memang shalat dengan memejamkan mata itu boleh ketika ada hal-hal yang mengganggu konsentrasi. Tapi memejamkam mata sepanjang shalat itu makruh, sebagaimana pernah saya jelaskan dalam salah satu tulisan saya.
Shalat khusyu' juga bukan shalat dengan membayangkan diri kita sedang berada di alam lain. Shalat khusyu' pula bukanlah shalat yang dilakukan dengan sangat cepat dengan dalih mencegah pikiran memikirkan hal-hal selain shalat. Dan masih banyak praktek-praktek shalat yang digadang-gadang sebagai shalat yang khusyu' padahal tidak sesuai standar.
Mudahnya, khusyu' adalah keadaan jiwa benar-benar menikmati apa yang sedang dikerjakan. Bekerja yang khusyu' adalah kita betul-betul menikmati apa yang sedang kita kerjakan dan kita sempurnakan pekerjaan kita. Pengemudi maupun pembalap yang khusyu' kalau dia konsentrasi dalam berkendaraan. Konsentrasi yang dimaksud tentu bukan berarti matanya tertutup atau telinganya disumbat sehingga tidak melihat atau mendengar apapun, agar konsentrasi. Malah bila dia melakukan hal-hal di atas, besar kemungkinan akan terjadi kecelakaan di jalan. Sebab apa yang dilakukannya bukan konsentrasi, melainkan menutup diri dari semua petunjuk dan lalu lalang keadaan di jalan.
Ma'asyiral muslimin rahimani wa rahimakumullah
Pasti kita sepakat menjawab bahwa Nabi Muhammad adalah orang yang paling khusyu' dalam shalat. Maka definisi dan standarisasi khusyu' yang benar hanyalah semata-mata yang paling sesuai dengan shalat beliau.
Kita tidak dibenarkan untuk membuat definisi dan standar shalat khusyu' sendiri menurut logika serta khayal kita. Sebab nanti akan muncul ribuan bahkan jutaan definisi shalat khusyu' yang sangat beragam, bahkan satu dengan lainnya saling bertolak-belakang.
Satu-satunya rujukan dalam masalah shalat dan kekhusyu'an di dalam shalat hanyalah apa yang pernah dikerjakan oleh Rasulullah. Bahkan beliau tegaskan lagi dengan sabdanya, "Shalatlah kalian sebagaimana shalatku yang kalian lihat." Rasulullah melakukan shalat dengan berbagai keadaan, diantaranya,
Nabi shalat dengan menggendong bayi. Nabi memperlama sujud karena dinaiki. Nabi mempercepat shalat karena mendengar tangisan bayi. Nabi mencegah orang lewat di depannya. Nabi membunuh kalajengking dan ular saat shalat. Nabi pernah lupa dalam gerakan shalat dan kemudian melakukan sujud sahwi. Nabi mengajarkan bertasbih bagi jama'ah pria dan bertepuk bagi jama'ah wanita jika imam shalat salah dalam gerakan shalat.
Nabi mengajarkan shalat khauf yaitu shalat dengan berjama'ah ketika peperangan. Nabi shalat nafilah/sunnah di atas unta. Nabi memindahkan kaki istrinya yang sedang tidur di area shalat beliau. Nabi menjawab salam saat shalat dengan isyarat tangan. Nabi mewajibkan makmum mengikuti gerakan imam shalat. Aisyah istri Nabi memegang mushaf saat membaca surat-surat dalam shalat. Kata Nabi, senyum saat shalat tidaklah membatalkan. Nabi membolehkan orang yang shalat membersihkan tempat sujud yang kotor asalkan gerakannya tidak berulang-ulang. Nabi melirikkan mata tanpa menoleh saat shalat.
Nabi membukakan pintu saat shalat dan membolehkan makmum berjalan jika ada makmum lain datang. Nabi shalat di atas mimbar ketika sujud turun dari atas mimbar dan sujud di bawah. Nabi shalat dengan memakai sandal dan pernah melepas sandal karena diberitahu Malaikat Jibril ada najis dalam sandal beliau.
Nabi mendengar para shahabat yang berlarian karena terlambat dan tidak mau tertinggal raka'at shalat. Nabi menganjurkan saat sujud dan setelah tasyahhud + shalawat untuk berdoa apa saja sesuai doa yang diajarkan beliau. Nabi mencekik jin jahat saat shalat. Nabi memperbolehkan shalat sembari duduk atau berbaring bagi orang yang sakit.
Demikianlah shalat Nabi. Jelas tidak ada satupun muslim yang berani menjustis shalat Nabi adalah tidak khusyu’. Kalau ada yang berani, maka murtad dari Islam. Baiklah, marilah kita lakukan shalat yang khusyu’ sebagaimana shalatnya Rasulullah.
Semoga Allâh Al-Mannan memberikan kepada kita anugerah kekhusyu'an dalam setiap shalat. Aaamiiin ya Rabbal-'Alamin.
وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالأرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ (١٣٣)
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ . أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ . فَاسْتَغْفِرُوْهُ ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khuthbah Tsaniyah
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا أَمَّا بَعْدُ
فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ.
اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَ اللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ
Follow instagram.com/pejuangshalatsunnah untuk mendapatkan booster semangat merutinkan shalat wajib dan shalat sunnah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar