Kamis, 09 September 2021

Sikap Tepat Terhadap Kitab Suci Selain Al-Quran dan Kisah Israiliyyat | KASYAF (Konsultasi Syariah & Fiqih) | UBER (Ust. H. Brilly El-Rasheed, S.Pd.)

KASYAF (Konsultasi Syari'ah & Fiqih) No. 

*395 - Sikap Tepat Terhadap Kitab Suci Selain Islam dan Kisah Israiliyyat*


🇧 🇨 🇶 🇺 🇫 🇮 


➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖

_Pertanyaan_

🍓 Bolehkah kita mensalah2 kan kitab orng yahudi dan nasrani.  Katanya, Di larang di baca karna berbahaya, khawatir benar nnti d salahkan Dan salah di benarkan. Klo menyalah2kan keyakinan mereka tadz?


📝 Ditanyakan oleh Bapak *E. S.* (+62 822-8763-3259) dari Purworejo pada _22 Maret 2021_ via WhatsApp tanpa editing


➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖

_Jawaban_

🎪 Allah Al-Haqq hanya menurunkan wahyu-Nya dalam dua bentuk yang bisa dipegang oleh manusia setelah dicatat oleh manusia dalam bentuk tulisan yaitu bentuk shuhuf dan kitab. Shuhuf artinya lembaran, kitab artinya buku. Allah hanya menurunkan empat kitab yaitu Zabur, Taurat, Injil dan Al-Quran. Semuanya disebut Al-Kitab. Adapun shuhuf yang tercatat resmi oleh hadits atau atsar, diturunkan-Nya kepada Nabi Syits bin Nabi Adam, Nabi Idris, Nabi Ibrahim bin Azar, Nabi Dawud, dan Nabi Musa. 


🍊 Zabur turun kepada Nabi Dawud. Taurat diturunkan Allah kepada Nabi Musa dan juga menjadi kitab suci nabi-nabi setelahnya diantaranya Nabi Harun dan Nabi Yahya bin Zakariyya. Hingga diutuslah Nabi Isa dengan Injil, dan Injil itu sebagai pembenar bagi Taurat. Hingga diutuslah Nabi Muhammad dengan Al-Qur'an, dan Al-Qur'an diposisikan oleh Allah sebagai pembenar (mushaddiq) dan batu ujian/verifikator (muhaimin) terhadap kitab-kitab yang lain yaitu Zabur, Taurat dan Injil yang jelas-jelas terkontaminasi isinya oleh manusia-manusia kotor. *[QS. Al-Maidah (5): 48 dan QS. Ali 'Imran (3): 3 dan QS. An-Nahl (16): 63-64]* 


🥝 Maka apapun informasi yang kita dapatkan dari Zabur, Taurat dan Injil harus dikonfrontasikan dalam artian ditimbang-timbang dengan apa yang ada dalam Al-Quran, tidak boleh sebaliknya. Apa yang dalam Zabur, Taurat, Injil dibenarkan oleh Al-Quran maka harus kita yakini kebenarannya, jangan disalah-salahkan. Begitupun sebaliknya. Masalahnya, Zabur, Taurat dan Injil rawan dan telah diselewengkan sebagian besar isinya secara teks oleh orang-orang jahat, dan kita tidak bisa mengakses yang otentik karena tidak diriwayatkan secara turun-temurun dan bersambung. 


🏵 Hanya Zabur, Taurat dan Injil serta Al-Quran yang merupakan kitab suci samawi. Selain keempatnya adalah kitab suci ardhi artinya gubahan/susunan manusia, bukan dari Allah, Satu-satunya Tuhan yang benar. Contoh kitab suci ardhi adalah kitab suci para ahli sihir yang masih diamalkan hingga hari ini, kitab suci tersebut disusun oleh para jin syaithani pada masa Nabi Sulaiman bin Dawud, ketika Nabi Sulaiman wafat, kitab suci tersebut ditemukan oleh umatnya di bawah kursi kerajaannya, dan para jin syaithani lah yang menyimpannya di situ untuk menciptakan framing bahwa Sulaiman adalah ahli sihir. Sayangnya, Zabur, Taurat dan Injil yang semula merupakan kitab suci samawi, kini tidak 100 % murni dari Allah, tapi sudah dikontaminasi dengan kalimat-kalimat dari periwayatnya. Ini kami terangkan dalam Mushaf Terjemah At-Tadabbur yang kami susun dan terbitkan


🍩 Terus terang, kami berkali-kali terheran-heran dengan sikap sebagian muslim yang pernah kami temui, yang berlagak faqih (paham agama) dengan sibuk membolak-balik lembaran-lembaran Zabur, Taurat dan Injil yang masih diterbitkan sampai hari ini, sekali lagi padahal tidak otentik, sementara mereka tertangkap basah tidak antusias membaca apalagi mempelajari tafsir apalagi menghapal Al-Quran. Bahkan di play store sampai ada aplikasi TZI (Taurat, Zabur, Injil). 


🍇 Kita dilarang membaca apalagi mempelajari TZI ketika kita punya iman dan ilmu syar'i yang lemah. Bila ilmu syar'i kita sudah kuat, minimal hapal dan bisa menerjemahkan Al-Quran, maka boleh kita membaca TZI dalam rangka komparasi guna menguatkan iman terhadap kebenaran Al-Quran, bukan untuk mencari pembenaran atas penyalahan terhadap Al-Quran. 


عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ الَّله أَنَّ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ أَتَى النَّبِيَّ بِكِتَابٍ أَصَابَهُ مِنْ بَعْضِ أَهْلِ الْكُتُبِ فَقَرَأَهُ النَّبِيُّ فَغَضِبَ فَقَالَ: أَمُتَهَوِّكُونَ فِيهَا يَا ابْنَ الْخَطَّابِ، وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ  لَقَدْ جِئْتُكُمْ بِهَا بَيْضَاءَ نَقِيَّةً لَا تَسْأَلُوهُمْ عَنْ شَيْءٍ فَيُخْبِرُوكُمْ بِحَقٍّ فَتُكَذِّبُوا بِهِ أَوْ بِبَاطِلٍ فَتُصَدِّقُوا بِهِ، وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَوْ أَنَّ مُوسَى كَانَ حَيًّا مَا وَسِعَهُ إِلَّا أَنْ يَتَّبِعَنِي


📜 Dari Jabir bin ‘Abdillah radhiallahu ‘anhuma, Suatu saat ‘Umar bin Al-Khaththab radhiallahu ‘anhu menghadap Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan membawa sebuah kitab yang ia dapatkan dari sebagian Ahli Kitab. Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam membacanya. Beliau kemudian marah dan bersabda, _“Apakah engkau termasuk orang yang bingung, wahai putra Al-Khaththab? Demi Dzat yang jiwaku berada di Tangan-Nya sungguh aku telah datang kepada kalian dengan membawa agama yang putih bersih. Jangan kalian bertanya sesuatu kepada mereka (Ahlul Kitab) karena (boleh jadi) mereka mengabarkan al-haqq kepada kalian namun kalian mendustakan al-haqq tersebut, atau mereka mengabarkan satu kebatilan lalu kalian membenarkan kebatilan tersebut. Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, seandainya Musa ‘alaihissalam masih hidup niscaya tidak diperkenan baginya melainkan dia harus mengikutiku.”_ *[Musnad Ahmad no. 14623]*


🎁 Jadi, sikap terhadap isi TZI adalah tidak kita percayai 100 % tidak pula kita dustakan 100 %, hanya kita benarkan jika benar menurut Al-Quran dan As-Sunnah, kita salahkan jika salah menurut Al-Quran dan As-Sunnah. 


عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: كَانَ أَهْلُ الْكِتَابِ يَقْرَءُونَ التَّوْرَاةَ بِالْعِبْرَانِيَّةِ وَيُفَسِّرُونَهَا بِالْعَرَبِيَّةِ لِأَهْلِ الْإِسْلَامِ فَقَالَ رَسُولُ اللهِ: لَا تُصِدِّقُوا أَهْلَ  الْكِتَابَ وَلَا تُكَذِّبُوهُمْ، وَقُولُوا: آمَنَّا بِاللهِ وَمَا أُنْزِلَ الْآيَةُ


📜 Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhuma beliau berkata, “Dahulu Ahlul kitab membaca Taurat dengan bahasa Ibrani dan mereka tafsirkan dengan bahasa Arab kepada ahlul Islam (muslimin).” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, _“Jangan kalian percayai mereka jangan pula kalian dustakan namun katakanlah (seperti dalam ayat), Katakanlah (hai orang-orang mukmin), ‘Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Ya’kub, dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Rabbnya. Kami tidakmembeda-bedakan seorang pun di antara mereka dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya.’ (QS. Al-Baqarah (2): 136)”_ *[Fat-h Al-Bari 5/291 dan 8/170); As-Sunan Al-Kubra (10/163)]*


🍟 Meski demikian, kita tetap wajib menghormati kitab-kitab sebelum Al-Quran dengan niat menghormati isinya yang masih otentik dari Allah Al-Hadi. Kita pun menerapkan hukum-hukum kitab-kitab sebelumnya kepada masing-masing pemeluknya. Sayyid Muhammad Syatha Ad-Dimyathi menerangkan, 


قوله)  ويسن القيام له) أي للمصحف قال في التحفة صح أنه صلى الله عليه وسلم قام للتوراة وكأنه لعلمه بعدم تبديلها اه


“([Seseorang] dianjurkan untuk berdiri karenanya), yaitu karena menghormati mushaf. Syekh Ibnu Hajar Al-Haitami mengatakan bahwa ada sebuah hadits shahih menyebutkan bahwa Rasulullah berdiri untuk menghormatik Kitab Taurat seakan dia yakin bahwa tidak ada perubahan di dalamnya,” *[I’anatut Thalibin, [tanpa catatan kota, Dar Ihya Al Kutub Al Arabiyyah: tanpa catatan tahun], juz I, halaman 69]*


🍉 Itu sikap kita terhadap shuhuf dan kitab sebelum Al-Quran. Adapun terhadap kisah-kisah Israiliyyat itu sama sikap kita, meski tidak termasuk dalam cetakan kitab suci. Sebab, mau tidak mau, ada kalimat-kalimat dalam Al-Qur'an yang mudah dipahami jika dibantu penafsirannya dengan kisah-kisah Israiliyyat. Seperti kisah kagetnya Nabi Ya'qub saat melihat anak-anaknya yang bermuslihat dengan baju berlumuran darah atas nama baju Nabi Yusuf. 


عَنْ أَبِي كَبْشَةَ السَّلُولِي، عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرٍو قَال: قَالَ رَسُولُ اللهِ : بَلِّغُوا عَنِّي وَلَوْ آَيَةً، وَحَدِّثُوا عَن بَنِي إِسْرَائِيلَ وَلَا حَرَجَ، وَمَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ


📜 Dari Abu Kabsyah As-Saluli dari Abdullah bin ‘Amr radhiallahu ‘anhuma beliau berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, _“Sampaikan dariku walaupun satu ayat, sampaikan berita dari Bani Israil, tidak mengapa. Barang siapa berdusta atasku dengan sengaja, hendaknya dia menempatkan dirinya dalam Neraka.”_ *[Sunan At-Tirmidzi]*


🍑 Begitu pula, menyalahkan keyakinan Yahudi dan Nashrani harus berlandaskan Al-Quran dan As-Sunnah yang diajarkan secara turun-temurun oleh para ulama. Tidak bisa sembarangan, apalagi kita bukan ulama. 


📝 Dijawab oleh *Abah Jibril (Haji Brilly)*

➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖

📺 🇧 🇨 🇶 🇺 🇫 🇮  (Broadcast Quantum Fiqih) telah melayani KASYAF (Konsultasi Syariah dan Fiqih) hampir 430 sesi secara gratis/free tanpa syarat, baik secara tatap muka atau jarak jauh, baik lisan maupun tertulis, baik masalah Aqidah, Tafsir, Hadits, Fiqih, Akhlaq, Keluarga, dan lain sebagainya. Sampaikan pertanyaan melalui ustadzjibril@gmail.com atau http://wa.me/6282140888638. Jangan lupa sampaikan nama dan kota domisili. Jika pertanyaan mengandung aib, maka identitas penanya akan dirahasiakan.  


😎 Alhamdulillah, BCQUFI telah melengkapi perpustakaan dengan koleksi Kitab berbahasa Arab mulai 1 Februari 2021 untuk meningkatkan kualitas layanan. Belanja Kitab menelan biaya Rp 1.261.900,- untuk Kitab Hasyiyah Shawi (4 jilid), Faidh Al-Qadir (6 jilid) dan Ihya' 'Ulumiddin (4 jilid). Terimakasih kami haturkan kepada donatur yang turut berpartisipasi menyumbangkan dana untuk belanja Kitab. Semoga layanan BCQUFI semakin bagus. *Kami masih membutuhkan banyak kitab klasik berbahasa Arab untuk referensi.* Total ada 25 jilid Kitab Arab dan hampir 1.000 referensi buku berbahasa Indonesia milik BCQUFI.