Rabu, 25 Desember 2019
Sunnah-sunnah Rasulullah Saat Ta'ziyah Belasungkawa Kepada Keluarga Mayit (Orang yang Wafat) | Konsultasi Syariah dan Fiqih (KASYAF)| Ust. H. Brilly El-Rasheed, S.Pd.
Selasa, 24 Desember 2019
Lebih Afdhal/Utama/Baik Mana Mushaf Al Quran Cetak Atau Al Quran Digital Berupa Aplikasi Smartphone atau Software Komputer Dan Apakah Harus Berwudhu Ketika Menyentuhnya | Konsultasi Syariah dan Fiqih (KASYAF) | Ust. H. Brilly El-Rasheed, S.Pd.
Senin, 23 Desember 2019
Tujuh Metode Tadabbur Al Quran Menurut Syaikh Dr. Al-Lahim
Allah Azza wa Jalla memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk mentadabburi ayat-ayat-Nya,
ِูุชَุงุจٌ ุฃَْูุฒََْููุงُู ุฅََِْููู ู ُุจَุงุฑٌَู َِููุฏَّุจَّุฑُูุง ุขَูุงุชِِู ََِูููุชَุฐََّูุฑَ ุฃُُููู ุงْูุฃَْูุจَุงุจِ
Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayat-Nya dan supaya orang-orang yang mempunyai fikiran mendapat pelajaran. [Shรขd/38:29]
Ibnu Jarรฎr Ath-Thabari menyatakan, “Allah Azza wa Jalla berkata kepada Nabi-Nya (Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam), ‘Al-Qur’รขn ini ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu, wahai Muhammad, penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayat-Nya, agar mereka memperhatikan hujjah-hujjah Allah Azza wa Jalla serta syari’at-syari’at yang ditetapkan di dalamnya, kemudian mereka mendapat pelajaran dan mengamalkannya’”. [Tafsรฎr Ath-Thabari, 21/190]
Dr. Khalid Al-Lahim dalam Mafatih Tadabbur Al-Qur`an menyebutkan tujuh indikasi benarnya tadabbur Al-Qur`an yang dilakukan oleh seseorang: (1) Menyatunya hati dan pikiran ketika membaca Al-Qur`an. Hal ini dibuktikan dengan berhenti pada setiap ayat karena ketakjuban dan pengagungan; (2) Menangis karena takut kepada Allah; (3) Bertambahnya kekhusyu’an; (4) Bertambahnya iman. Bisa diketahui lewat pengulangan ayat-ayat secara spontan; (5) Merasa bahagia dan gembira; (6) Gemetar karena takut kepada Allah kemudian diikuti dengan harapan dan ketenangan; (7) Bersujud sebagai bentuk pengagungan kepada Allah.
Dengan demikian, cahaya Al-Qur`an akan menerangi sanubari dan kehidupan fana kita ini apabila kita menjadikan Al-Qur`an ada di depan kita, bukan di belakang kita. Nurani akan tercerahkan dan hidup kita akan benderang dengan cahaya Al-Qur`an tatkala kita benar-benar mentadabburi Al-Qur`an, memahami maksud dan maknanya, mengerti tujuan dan isinya, mengetahui tuntunan dan tuntutannya. Semoga, Allah Nurus-Samawati wal-Ardh menerangi qalbu kita dengan cahaya Al-Qur`an yang suci dan abadi.
Manfaat Tadabbur Al Quran Saat Tilawah dan Tahfizh
Tadabbur Al Quran Kunci Kemenangan dan Kejayaan
Al-Qur`an adalah sumber ilmu bahkan segala ilmu. Allah mengajarkan Adam seluruh nama dan istilah apa saja yang ada dalam ciptaan-Nya, sebagaimana termaktub di dalam Al-Qur`an. Maka menjadikan Al-Qur`an sebagai dasar pijakan dalam menggali dan menghimpun ilmu merupakan sebuah keputusan yang sangat cerdas. Prof. Dr. ‘Abdurrazzaq Al-Badr menyatakan dalam Asbab Ziyadah Al-Iman wa Nuqshanihi, “Siapa saja yang membaca Al-Qur`an, mentadabburi ayat-ayatnya dan menelitinya, dia akan menemukan berbagai macam ilmu dan ma’rifat yang bisa menguatkan imannya, menambah dan menyuburkannya… dan Allah telah menjelaskan bahwa penyebab terlepasnya hidayah dari orang-orang yang tersesat dari jalan lurus (ash-shirath al-mustaqim) adalah karena mereka meninggalkan tadabbur Al-Qur`an dan tidak mau menyimaknya.”
Dalam artikel Tadabbur Al-Qur`an wa An-Nahdhah di www.almoslim.net/node/150893/, Prof. Dr. Nashir Al-‘Umar menuturkan, “Sesungguhnya kemuliaan, kebangkitan, dan kejayaan bahkan eksistensi umat ini sebagai sebuah umat, ditentukan oleh seberapa dekat umat ini dengan al-Qur’an. Dekat dalam artian tidak sekadar membaca dan menghafalkannya. Tetapi dengan mentadabburi maknanya. Tadabbur dalam arti yang sesungguhnya sebagaimana dijelaskan oleh Al-‘Allamah ‘Abdurrahman As-Sa’di, “Merenungkan maknanya (ta’ammul), merealisasikan fikrah yang terdapat di dalamnya dan segala konsekwensinya.” Termasuk diantara konsekwensi yang paling utama adalah mengamalkan isi kandungannya dan berhukum dengannya dalam seluruh aspek kehidupan… Semua problem yang kita saksikan di negeri kaum Muslimin hari ini berupa kehinaan, kelemahan, kemunduran dan berbagai problem lainnya, disebabkan oleh jauhnya kaum Muslimin dari Al-Qur`an. Karena mereka tidak menadabburkan dan mengamalkan Al-Qur`an. Oleh karena itu, kalau kita ingin keluar dari semua problem tersebut dan bangkit dari keterpurukan, maka kita harus menadabburkan dan mengamalkan Al-Qur`an.”
Ikhtilaf Perbedaan Kontroversi Para Ulama Ahli Ilmu Al Quran Mengenai Definisi Sebutan Makkiyah dan Madaniyah untuk Ayat dan Surah
Ini adalah pendapat yang paling banyak dipegangi oleh para ulama atau bisa kita katakan pendapat yang masyhur. Pendapat ini mengatakan "yang dimaksud dengan Makkiyah adalah suatu ayat atau surah yang diturunkan sebelu nabi hijrah. Adapun yang dinamakan Madaniyah adalah suatu surah atau ayat yang turun setelah nabi hijrah ke Madinah".
Utsman bin Sa’id Ad-Darimi mengeluarkan sebuah riwayat dengan sanadnya yang sampai pada Yahya bin Salam, ia berkata, “Apa yang diturunkan di Makkah dan apa yang diturunkan di perjalanan menuju ke Madinah sebelum Nabi sampai di Madinah, maka hal itu termasuk Al-Makki, dan apa yang diturunkan kepada Nabi dalam perjalanannya setelah sampai di Madinah maka itu termasuk Al-Madani.”
Pendapat ini mengatakan "Makkiyah adalah ayat atau surah yang diturunkan di Makkah,
meskipun setelah hijrah, dan Madaniyah adalah sesuatu yang diturunkan di Madinah" Berdasarkan definisi ini maka ayat yang turun di luar Makkah dan Madinah maka dinamakan Bukan Makkiyah dan Bukan Madaniyah.
Imam Ath-Thabrani mengeluarkan sebuah riwayat di dalam kitabnya Al-Mu’jam Al-Kabir melalui Al-Walid bin Muslim, dari ‘Ufair bin Mi’dan, dari Ibnu ‘Amir, dari Abi Umamah, ia berkata bahwa Rasulullah bersabda, “Al-Qur’an diturunkan dalam tiga tempat: Makkah, Madinah, dan Syam.” Walid bin Muslim berkata, “(yang dimaksud dengan Syam) adalah Baitul Maqdis.” Syekh Imaduddin bin Katsir berkata, “Tetapi ditafsirkan dengan Tabuk itu lebih baik.”
Pendapat Ketiga:
Mereka berpendapat bahwa Madaniyah adalah sesuatu (ayat atau surat) yang ditujukan untuk ahli Makkah dan al-Madani adalah sesuatu yang ditujukan untuk penduduk Madinah.
Al-Qadhi Abu Bakar berkata di dalam kitabnya, al-Intishar, “Sesungguhnya untuk mengetahui Makkiyah dan Madaniyah itu dikembalikan pada hafalan shahabat dan tabi’in, dan tidak ada suatu perkataan dari Nabi tentang hal tersebut, karena itu tidak diperintahkan dan Allah tidak menjadikan mengetahui hal itu termasuk kewajiban umat, meskipun wajib bagi ahlul ilmu mengetahui sejarah nasikh dan mansukh yang dapat diketahui tanpa harus ada nash dari Rasulullah.”
Sumber: Al-Itqan fi ulumil quran karangan Imam As-Suyuthi