Allah Azza wa Jalla berfirman:
وَلَوْ جَعَلْنَاهُ قُرْآنًا أَعْجَمِيًّا لَقَالُوا لَوْلَا فُصِّلَتْ آيَاتُهُ ۖ أَأَعْجَمِيٌّ وَعَرَبِيٌّ ۗ قُلْ هُوَ لِلَّذِينَ آمَنُوا هُدًى وَشِفَاءٌ ۖ وَالَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ فِي آذَانِهِمْ وَقْرٌ وَهُوَ عَلَيْهِمْ عَمًى ۚ أُولَٰئِكَ يُنَادَوْنَ مِنْ مَكَانٍ بَعِيدٍ
Dan seandainya Kami jadikan al-Qur`ân itu suatu bacaan dalam bahasa selain Arab, tentulah mereka mengatakan: “Mengapa tidak dijelaskan ayat-ayatnya?” Apakah (patut al-Qur`ân) dalam bahasa asing sedang (Rasul adalah orang) Arab? Katakanlah: “Al-Qur`ân itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang Mukmin. Dan orang-orang yang tidak beriman, pada telinga mereka ada sumbatan, sedang al-Qur`ân itu suatu kegelapan bagi mereka. Mereka itu adalah (seperti) yang dipanggil dari tempat yang jauh”. [Fushshilat/41:44]
Dalam Kaifa Tahfazh Al-Qur`an, Prof. Dr. Raghib As-Sirjani mengungkapkan, “Cahaya Al-Qur`an tidak akan masuk ke dalam hati manusia kecuali orang yang mengambil ilmu darinya dan mengamalkannya. Hal inilah yang disebut dengan iman. Sedangkan siapa yang hanya mengambil ilmu saja tanpa mengamalkannya, maka itu bukanlah iman… berapa banyak orang yang membaca Al-Qur`an, mempelajarinya dan menghapalnya, tetapi cahaya iman belum masuk ke dalam hatinya sehingga Al-Qur`an tidak semakin meningkatkan imannya secara langsung. Terhadap orang seperti ini, maka Al-Qur`an akan menjadi penentang, yang mencelakakannya, buka pembelanya.”
Tadabbur (memperhatikan) Al-Qur’ân akan melahirkan banyak ilmu bermanfaat. Dengannya akan dibedakan antara kebenaran dengan kebatilan, iman dengan kekafiran, manfaat dengan madharat, kebahagiaan semu dengan kebahagiaan hakiki, calon penghuni surga dengan penghuni neraka, dan sebagainya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar